Minggu, 01 November 2009

Pak Haji di Almari

Agaknya sifat “sens of belonging” (rasa memiliki) H. Badrun, 42, terlalu kental. Meski Ny. Ninik, 38, jelas adalah istri Basori, 46, dia merasa ikut memiliki juga. Saat suami Ninik di kantor, dia justru masuk ke kamarnya dan menyetubuhi bak istri sendiri. Tetapi ketika kemarin digerebek warga, Pak Haji ini malah ngumpet di almari.

Tanggugjawab, adalah makna dari rasa memiliki. Ketika jalan depan rumah rusak, lalu merogoh kantong untuk memperbaiki, itu namanya dia punya sens of belonging yang bagus. Tetangga kelaparan, lalu dia mengirim beras dan sembakonya, itu juga merupakan bagian dan sens of belonging tersebut. Tapi jika bini tetangga kesepian, lalu orang menyorongkan diri untuk menjadi suami pengganti, apakah ini juga bisa dikategorkan punya sens of belonging yang bagus?

Itu pula rupanya persepsi Badrun warga desa/kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep (Madura). Dia paling tidak bisa, melihat Ny. Ninik tetangganya yang cantik itu sering ditelantarkan suaminya dalam urusan nafkah batin. Baginya, itu kan sama saja menyia-nyiakan karunia Allah yang dimiliki Ny. Ninik. “Kalau nggak mampu ngomong dong, biar saya yang ambil alih masalah,” begitu kata Badrun sekali waktu, saat Ny. Ninik curhat padanya mengenai hubungan rumahtangganya yang kurang harmonis di hari belakangan ini.

Keluarga Ninik – Basori memang sedang dirundung malang. Suami yang terlalu getol bekerja, tapi malah tak bisa “ngerjai” bini sendiri. Nah, Ninik yang memang sejak lama cukup akrab dengan Badrun, tanpa sungkan-sungkan berkisah tentang problem rumahtangganya selama ini. Celakanya, mestinya mengatasi masalah tanpa masalah sebagaimana Kantor Pegadaian, Badrun malah bikin masalah. Lupa akan predikat hajinya, Ny. Ninik langsung saja “diberi” sesuatu yang selama ini sangat dirindukan. Unik memang, yang ditolong dan yang menolong sama-sama enak.

Agaknya keseringan Badrun main ke rumah Basori di kala tuan rumah tak di rumah. Warga pun lalu curiga, apa saja keperluan Pak Haji ini asal main ke rumah Ninik. Sekali waktu ada warga yang mencuri-curi kesempatan untuk mematai kondisi di dalam rumah. Ternyata Badrun tak hanya di ruang tamu, tapi langsung masuk kamar. Ketika diintip lebih jauh, busyettttt! Rupanya Badrun sudah memperlakukan Ninik bak istri sendiri. Sebab setiap masuk kamar itu, ternyata lelaki tetangga ini sedang dipuaskan hawa nafsunya. Dan dari cara Ninik melayani yang tidak canggung-canggung lagi, bisa ditarik kesempulan bahwa perselingkuhan ini memang sering digelar.

Hal itu lalu dilaporkan pada pengurus RT dan kemudian ditindak lanjuti dengan rencana penggerebekan. Lain hari ketika Badrun kembali menyatroni kamar Ninik, warga pun steling (bersiap). Saat Ninik – Badrun bertarung antara hidup dan mati, pintu digedor. Pak Haji segera sembunyi di dalam almari. Karena Badrun memang bukan kucing yang bisa dengan mudah menyembunyikan dirinya, dia segera dikenali warga meski Ninik berulangkali bilang tak ada tamu di rumah pagi itu. Akhirnya, dengan diarak warga pasangan mesum itu diantar rame-rame ke Polsek Lenteng, Sumenep. Warga pun menyayangkan, mental Badrun ternyata tak seputih peci yang dikenakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar